Unknown

Saya terinspirasi dari sebuah Layar Emas yang diperankan oleh jacky chan(salah satu aktor china yang terkenal) dalam filmnya yang berjudul "WHO AM I" ,yang artinya "Siapakah Aku..", Saya mencoba mengawali tulisan saya ini dengan judul yang saya ambil dari film tersebut yaitu sebuah pertanyaan yang mungkin tak asing lagi ditelinga kita,sebuah kata yang menyangkut dan menjadi beban dipikiran setiap orang yang ingin mengetahui eksistensi dirinya masing masing. Siapakah aku ...?,Sebagaimana judul yang saya ambil,saya ingin mengingatkan kepada Anda, untuk melihat kembali diri kita masing-masing sebagai makhluk paripurna yang sengaja diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah dalam menjalankan titah-Nya dimuka bumi . Dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya,manusia adalah yang paling sempurna.Kesempurnaan diri dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri,yaitu adanya kebaikan dan keburukan.
Ada sisi yang kuat, ada pula sisi yang lemah.Manusia sebagai makhluk penuh potensi diri, harus selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya. Manusia harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya. Sebab, mengenali diri sendiri adalah dasar dari tindakan-tindakan untuk meraih sebuah cita-cita yang besar.
Pernahkah Anda berfikir, bahwa tidak akan ada dua manusia yang sama persis si dunia ini? Saya yakin, Anda mungkin berpikir bagaimana dengan anak kembar.Coba Perhatikan, ternyata anak kembar sekalipun sifat dan kesukaan mereka berbeda, walaupun wajah keduanya sangat mirip. Setiap orang memiliki keistimewaan dan bakat yang berbeda.
Mengenal cara menemukan bakat, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Rick Warren(penulis buku Purpose Driven Live) bahwa kita harus menanyakannya kepada Sang Pencipta.Ini sangat wajar karena sebagai Sang Pencipta,Dialah yang paling mengetahui dalam bidang apa kita harus berkarya di muka bumi ini.

Hal ini sama persis dengan seorang pencipta sebuah alat yang mengetahui secara persis bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan alat tersebut sehinggan memiliki kinerja yang maksimal. Untuk itu, kita harus tekun berdoa dan bertanya kepada Tuhan mengenai kehendakNya bagi hidup kita. Melalui ayat ayat Nya dalam kitab suci, merenungi segala ciptaan-Nya, dan selalu mengingat atau berzikir kepada-Nya adalah beberapa usaha nyata agar kita tahu dan yakin terhadap bakat yang kita miliki.
Selain itu ada sejumlah cara, metode, atau alat bantu yang bisa digunakan untuk menemukan talenta kita. Saudara-saudara yang berprofesi sebagai psikologi dapat sangat membantu dalam hal ini meskipun tidak selalu akurat. Dr. John C Maxwell pernah mengajarkan sebuah pendekatan untuk menemukan talenta seseoarang.Maxwell menyarankan agar kita mencari bidang pekerjaan yang membuat kita bergairah (passion) atau bidang keahlian kita yang paling menonjol (strength).
Coba kita perhatikan lingkungan sekitar kita, Ada orang yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan (IQ) yang jenius, superior, rata-rata, dan di bawah rata-rata. Mungkin kita memiliki teman yang biasa-biasa saja,namun justru sukses berbisnis. Bahkan mungkin ada teman kita yang pintar dan sukses dalam studinya, namun ia gagal dalam kehidupannya. Ia melamar pekerjaan kesana kemari, namun tidak juga mendapatkannya. Semua orang bisa sukses, bergantung pada caranya bersikap, berkepribadian, dan berusaha mengasah talentanya dalam menghadapi persaingan hidup yang semakin keras.
Setiap manusia diberikan keunikan masing-masing.Keunikan inilah yang memberikan kelebihan kepada kita. Populeritas tidaklah menunjukan seseorang itu lebih baik. Setiap orang memiliki kelebihan yangtidak dimiliki orang lain. Jangan iri dan kecewa jika orang lain memiliki keunggulan dalam bidang tertentu, karena sesungguhnya kita juga memiliki keunggulan yang berbeda.
Para sahabat Rasulullah SAW pun memiliki keunikan masing masing. Lihatlah Umar ra dan Abu Bakar ra.Keduanya tidak memiliki karakter yang sama meskipun sama-sama termasuk manusia unggulan setelah para nabi. Keduanya berbeda, tetapi dua-duanya unggul.Umar ra dikenal sebagai tokloh yangkeras dan tegas, sedangkan Abu Bakar ra dikenal sebagai orang yang lembut dan penuh perasaan.
Bilal dikenal karena suara merdu dan konsistennya, Salman Alfarisi masyhur dengan kemampuannya sebagai arsitek ulung, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai Pedagang yang sukses.Ali ra dikenal sebagai pintu ilmu,dan masih banyak contoh lainnya, Yang jelas kita bisa melihat bahwa mereka adalah orang-orang unggul dengan keunikannya masing-masing.
Kita pun sama, Kita memiliki keunikan yang menjadikan kita sebagai manusia unggul. Tidak jarang seseorang menjadi rendah diri saat ia tahu dan melihat keunggulan orang lain. Padahal sesungguhnya ia bukanlah orang yang tidak memiliki kelebihan, melainkan belum menggali potensi yang ada pada dirinya. Kita semua memiliki keunikan. Oleh karena itu, menjadi besarlah dengan keunikan yang kita miliki.
Ada pepatah mengatakan "Bahwa orang berbeda itu bukan berti sukses, namun orang sukses itu sudah pasti berbeda ",nah kita terkadang selalu beranggapan bahwa perbedaan suku,budaya,agama,ras maupun jenis merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan kita sulit untuk berkembang dan maju.Ternyata hal tersebut bukanlah faktor kegagalan yang kita alami,melainkan pola pikir yang kian menyalahkan diri tatkala kita mengalami kegagalan.
Semoga kita dapat memacu potensi diri kita,untuk hidup dalam lingkungan yang benar-benar hidup untuk maju.Amien..
Unknown

Saudaraku sadarkah akan diri kita ....

Siapa kita ...,Bagaimana kita...

Sosok bayi yang masih tertatih...

Bertumpuh pada dua kaki yang lemah.


Berpegang di dinding tegak

Dlam genggaman yang terlalu mungil

Hingga diri jatuh,berdiri..,dan jatuh lagi...

Diselingi tangis mendera hati.


Begitulah cerminan kita

Selalu tertatih dalam jatuh bangunnya

Cerita

Adakah kita bersuka

Adakah kita berduka


Tapi saudaraku ..jangan pernah letih...

Melatih tatihan ini sampai kau biasa berlari

Sampai kau mampu hadapi hidup sendiri
Demi menjemput kebahagiaan yang hakiki..
Unknown
Suatu hari ketika kusedang duduk didepan kamar ad seorang temanku yang tak sengaja mencurahkan isi hatinya kepadaku ,spontan kuterperanjat karena tak biasanya ia mau berbagi kisah kepadaku,lantas ku dengarkan ia dengan seksama seolah ku hanyut akan ceritanya

"betapa adilnya ALLAH ya frend...begitu banyak manusia bisa diaturnya....dengan amat teliti&cermat
sampai kepada sesuatu yang kita sendiri sajapun tak tahu maksud dan tujuannya....
coba kite..jangankan ciptaannya,diri kitapun terkadang susah tuk kita atur yach!

ujarnya dengan penuh takjub.

loch tak biasanya NT bercerita topik yang begituan...
emang ada angin apa yang membisikkan tuch ketelingamu....

Sindirku sedikit bercanda ....

Begini frend ....ane sangat bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan ane apa adanye...
soalnya...ane pernah berkeinginan ketika kecil dulu memiliki janggut seperti abang saya yang
tampak lebih berwibawa dan keren....
apalagi kata-katanye yech..orang berjanggut tuh disenangin banyak wanita,sempat terpikir olehku seandainya aku besar nanti kuakan memiliki janggut seperti mereka,
tetapi kenyataannya sekarang berbeda dengan apa yang pernah terbayngkan ,aku sama sekali tak memilki setangkai janggut didaguku.
lantas kusempat berupaya untuk menumbuhkan janggut tersebut,walau hanya setngkai sekalipun
dengan berbagai saran yang diberikan teman-teman

Ada yang menyarankan pakai biji kemiri yang dibkar langsung ,dan ditaruh sebelum tidurlah
ada pula yang menyuruh pakai minyak firdaus saja,karena telah teruji keampuhannya"
terlebih lebih lagi ada yang menyarankan pakai saja celak alis untuk menghitamkannnya..."
aku berharap mengurangi kekurangn yang sering teman-teman lontarkan kepadaku dengan adanya janggut yang selama ini kuidam-idamkan .

jadi aku bingung harus mendengarkan yang mana!!!

lantasku sering dengar teman-teman menyindirku dengan lakoban "Buya",ntah apa maksudnya kutak tahu apa yang mereka ucap.
Sejenak ku merenung,ternyata mereka memberikan lakob tersebut semata-mata mereka menganggap bahwa kusangat mirip dengan "Buya" yang sering berceramah dimasjid dengan berperaawakan Badan besar ,kulit agak hitam dan pastinya ada janggut tebal didagunya ,takubahnya aku adalah kembaran buya,
jadiku sering disindir dengan lakob Buya Baru....

diumurku yang relatif muda ini dah barang tentu kutak ingin orang menganggapku tua,palagi dengan Buya yang umurnya jauh lebih tua dibandingkan diriku,

Lantas kuberpikir....,seandainya saja ku memiliki janggut...apakah tak akan menambahkan lakob yang selama ini menyelimutiku...sedangkan tanpa janggut saja ku dah dikatakan tua palagi memiliki janggut ...bisa-bisa bukan lagi lakob Buya yang kusandang...mungkin lebih dari itu ..."SYAIKH MASJIDIL HARAM BARU".wach.....bisa gawat tuch....,memang sich dari segi ilmu kusangat ingi seperti mereka ,tetapi diusiaku yang masih berumur jagung ini siapa yang tak risih dikatakan tua.

Nach disini lah letak kekagumanku akan kebesaran ALLAH...
Ia dapat memikirkan apa yang tidak kita ketahui akibat yang mungkin akan kita terima seandainya ketika berbuat sesuatu....
Coba saja seandainya kumenuruti Hawa Nafsuku....
Kutak tahu apa yang akan terjadi setelahnya....!

THANKS ALLAH...!!!!
Ujar sahabatku seraya menatap senja dilangit.....

Ku mendengarkan ceritanya dengan penuh takjub akan kesadaran dirinya
Di satu sisi kutelah mendapati sosok yang lain dari biasanya....
Ia telah melewati satu langkah menuju Tahap-tahap Kesuksesan ,yang mungkin tak mudah bagi kita
untuk menghadapinya,
Mungkin hanya kembali kepada Allah lah satu-satunya jalan yang akan membawa kita kembali
kepada hakikat kehidupan sebenarnya.....


SEMOGA KITA TERMAKSUD HAMBA-HAMBNYA YANG BERSYUKUR....AMIEN!!!

(mahmoud el-noor)
catatan.renungan
Unknown

" Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,aku bermimpi ingin mengubah dunia agar menjadi lebih baik..
Lalu,seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,kudapati bahwa dunia tiada pernah menjadi
Lebih baik.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit .Lalu,kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku sendiri.Namun,tampaknya hasrat itu tiada membawa hasil.

Ketika usiaku semakin senja,dengan semangatku yang masih tersisa,lalu kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku sendiri,yakni orang orang yang paling dekat denganku.Namun,celakanya mereka pun ternyata tidak mau berubah!

Dan,hari ini sementara aku berbaring untuk menanti datangnya ajalku,tiba-tiba saja kusadari,seandainya saja dulu aku berpikir bahwa yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri.
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,mungkin aku akan bisa mengubah keluargaku terlebih dahulu.Lalu,berkat inspirasi dan dorongan mereka,bisa jadi aku akan mampu memperbaiki negeriku.Kemudian,siapa tahu dengan begitu aku bahkan bisa mengubah potret dunia ini!"


Terukir diatas batu nisan makam westminster Abbey,salah seorang arsitek kerajaan inggris yang sangat terkenal dijamannya

Kutipan ini saya dapatkan dari sebuah artikel yang dibagi-bagikan oleh bidang pengasuhan pesantren kepada anak santri kelas enam,yang mana didalamnya menyiratkan pesan yang teramat berharga tatkala kumencoba tuk membacanya......
Tanpa kita sadari segala sesuatu yang besar itu bermula dari kita...tanpa harus menunggu dan mendapatkan jawaban terlalu lama ,ternyata jawabannya terdapat pada diri kita sendiri .
sama halnya atas pengakuan westminster diatas ,tatkala kita ingin mengubah suat keadaan agar lebih baik kita sering kali terjebak terhadapa suatu pemikiran bahwa kita takkan sanggup tuk mengubanya,bahkan mengeluhkan keadaan yang mana itu terjadi akibat sikap dan pola pikir yang salah kaprah,

Maka daripada itu mari saudara2ku .....

Tak ada kata untuk terlambat sebelum datangnya penyesalan ...

atas..apa yang belum terjadi..

Masih ada waktu tuk berbuat....untuk segala perubahan yang diharapkan.


"MULAI DARI DIRI SENDIRI DAN SEKARANG JUGA!!"

"IBDA' BINAFSIK....WAASHLIH NAFSAKA YASHLUH LAKANNAS...."

Semoga menjadi tulisan yang bermanfaat bagi kita bersama amien!!
Unknown
Jadikan agama sandaran hidup walaupun gelombang cobaan selalu menghadang ,luruskan niat ,kokohkan qiyam berjihad demi kesucian yang ternodai
Cintailah Allah semata mata menginginkan keridhahan darinya bukan takut akan neraka ataupun mengharapkan syurga ,Jadikanlah cintamu murni karena keikhlasan .
Karena disitulah kau akan mendapat kasih sayang dan cinta tulus dariNya.
Cintailah Ia melebihi segala ciptaanNya ,karena tanpanya hidup bagaikan sibuta ang Durjana

Ketika kusadari penghinaan ,pujian ,sindiran ,datang menyapaku
Kusedih …meratapi kekurangan diri ….
Membebani pikiranku dengan hal hal yang melemahkan potensi diri
Ketika kusadari …kudikecohkan oleh perkataan orang lain yang sembari menyelimutiku dengan perasaan perasaan yang tidak menentu ,kini kusadari itu……
Bahwa semuanya adalah pernak pernik kehidupan bagi yang merasakannya pertanda ia masih memiliki warna disetiap kerlipnya yang apabila digadaikan memuliki bobot kehidupan yang bermakna..

Tak selamanya iman akan bersinar ….
Tak selamanya ia akan meredup …
Kuyaqini bahwa ia akan senantiasa bergejolak didalam hati apabila dikhianati.
Ku tak sanggup mengklaim diri ini beriman sepenuhnya ,karena hati yang merajai ,senantiasa membolak balikan persaaan .
Kutak bisa menjamin ibadahku dapat sepenuhnya diterima disisiNya ,bisa jadi…orang ;yang duduk ditepian jalan dengan menengedahkan tangan lebih baik dan diterima amal perbuatannya.
Maka pandanglah seseorang dari sisi positif yang tampak walaupun sisi negatif yang dibawa lebih dominan .
Pandanglah seseorang seakan ia lebih baik darimu ,walaupun ua sering menyakiti bahkan menghardikmu ,
Yaqinlah itu akan mengurangi beban pikirmu.

Tentu sulit mengumandangkan kebenaran dalam da'wah
Pasang surut sembari menghiasi nya tak semudah membalikkan tapak tangan .
Iringilah dakwah dengan keikhlasan tulus sepenuhnya kepada Allah.
Orang disekitarmu menjadi cobaan bagimu sekaligus pemompa hasyrat ,sebagaimana Rasulullah berjihad ,diantara kaumnya juga masih terdapat penyimpangan yang kadang kala melukai hati Rasulullah sendiri


i
Unknown
Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra
Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama
kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik
dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas
parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang
jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang
menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya
kata-kata yang pernah menusuk hati.

Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan,
diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu',
berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta.
Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan
jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan
dikecupnya sang kakanda dengan mesra.

Indah...
Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka
itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka." [Al-Baqarah 187]

Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang
diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah
ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza
(perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi
halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi
kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung
jawab.
Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah...
hanya itu yang dijadikan alasan.

Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan
adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat
seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya,
sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam
keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan
perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri
tercinta.

Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang,
kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah
membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah.
Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan
kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun
adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup
yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.

Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring
bertambahnya usia pernikahan?

Aaah...
Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap
dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu
dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri
itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari
seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian
kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama
kedua hati bersatu?

Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis.
Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling
berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga
jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan
seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah
dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir
nanti...
Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang.

Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah
senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh
dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik
lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan
kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan
kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang
rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya
malam syahdu...
Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan.

Entahlah...
Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri
kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan
"Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam
"Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah.
Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh,
menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal
dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat
kedua tangan disatukan.

Duhai Allah,
Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran
Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan
Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan

Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah
Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi
Jauh, dan... tak akan pernah kembali

Wallahua'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Unknown
Ku tak tahu apa yang kurasakan saat ini,berbagai p... cerpen
Ku tak tahu apa yang kurasakan saat ini,berbagai pertanyaan menghampiriku hinggaku terdesak tak tahu apa yang harus kukatakan untuk menjawabnya,satu kata yang masih melekat ditelingaku"kamu diberi oleh-oleh apa dari chika...?
kuhanya terdiam terpaku tak bergeming sedikitpun atas pertanyaan lungguhan kepadaku,ia masih menanti sebuah jawaban dari bibirku yang sejak tadi terbisu.walaupun senyum sesekali terpancar diwajahku,kutak dapat menyembunyikan perasaan dijiwaku,terlebih saat Lungguhan mengabariku bahwa ia dan Fadhli mendapat oleh-oleh berupa dompet yang berhiaskan manik manik juga sepotong kaos dari Chika,rasa iri merasuki relung hatiku,betapa tidak,hal itulah yang kuharapkan dan kunantikan terjadi padaku,malah nestapa dan kehampaan yang diberikannya padaku.
Seketika kuteringat apa yang pernah ia katakan saat ia berada dikalimantan,kumencoba untuk menanyakan kabarnya disana,ku bermaksud menjadi menjadi ssahabatnya yang baik,karena ku telah berjanji untuk setia menjadi sahabatnya saat liburan, dan ia memintaku untuk menjaga kesetiaan ini.
kuberusaha agar image yang kuberikan memiliki aura positif untuknya,betapa sakit hati ini apa yang ia lontarkan
Label:
Unknown
Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)
Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)
Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!
Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.
Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia...
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?
Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya J Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas...
Unknown
"Dear Mentari... aku tahu tiap hariku tak kan lewat tanpa sinarmu. Pun kini rasanya namamu telah mengisi ruang-ruang hati. Ada sepucuk harapan yang kadang timbul lalu pergi, bahwa diri ini selalu mencari kapan waktunya tiba untuk menjemputmu turun, ke sini".
Ummi,
Tahukah kamu, bahwa kalimat-kalimat di atas telah terukir dalam dadaku semenjak aku belum mendapatkanmu. Walau sederhana, namun ia mewakili hasrat hatiku untuk mendapatkan seorang mentari, seperti dirimu.
Ummi,
Tak terhitung ucap syukurku saat Dia membawamu ke hadapanku, saat itu. Saat kamu berkenan untuk membagi hidupmu denganku, saat kamu menyambut tawaranku untuk meminangmu, saat ikrar itu kulantunkan dan mulai detik itu kamu kan menghabiskan hari denganku, saat itu.
Mulai saat itu,
Rasanya tak terhitung keindahan yang telah kamu suguhkan padaku. Melalui senyum yang kulihat setiap memulai hari, melalui tutur katamu yang bak nyanyian bidadari, melalui belai lembutmu yang telah menghapus penatku, melalui tawamu yang menyegarkan hatiku, ... semua itu adalah keindahan tak berbilang yang tak sanggup lagi kuuraikan.
Mulai saat itu,
Tak sanggup pula kuhitung bilangan bubuk cinta yang telah kau taburkan, hingga laksana heroin-ia telah kuhirup dan memabukkanku sampai kini. Ketika kau basuh lukaku dengan kelembutanmu, kala aku terjatuh hingga tersungkur-dan kau memapahku hingga berdiri. Ketika kau hapus air mataku dengan kesabaranmu, kala langkahku tertatih-nyaris tak sanggup lagi menghadapi kesulitan yang pernah kita hadapi-dan kau memberikan kasihmu dengan caramu hingga tangisku berubah menjadi senyumku. Dan aku semakin cinta.
Mencintaimu,
Adalah memiliki kedua permata kecil kita, Dan aku seolah tak menginginkan apapun lagi.
Mencintaimu,
Adalah memiliki rumah sederhana kita, Dan di sanalah selalu tempatku kembali.
Mencintaimu,
Adalah memiliki seluruh detik yang telah kita lewati bersama, Dan dengannya kupersembahkan cinta ini. Walau tak terucapkan, walau mungkin tak kau rasakan, tapi percayalah, diriku mencintamu.
Mentariku,
Kau menghangatiku di sini.
-Dedicated to my beloved wife-
Menyatakan cinta kadang menjadi hal yang tidak familiar dan terasa vulgar untuk dilakukan. Sebagian orang bilang, cinta itu tak perlu dinyatakan, namun tercermin dari perilaku. Cinta itu tak perlu diperdengarkan bak rayuan gombal anak-anak muda yang sedang kasmaran, sebab cinta bisa diperlihatkan dari sikap dan tingkah laku.
Benarkah demikian?
Di saat lelah mulai merayapi hari-hari kebersamaan bersama pasangan tercinta, di saat waktu telah membuka setiap celah kelemahan dan membentangkan kenyataan dari sosok pasangan yang mendampingi kita, di saat segala bentuk persiapan dan perencanaan hidup mulai menguakkan keberhasilan atau kegagalan, di saat kita mulai menyadari betapa berartinya ia yang telah menjadi penopang kala kita lemah, penyemangat kala diri ini lelah, penghibur kala terserang gundah, ia telah menjadi teman sejati.
Jadi,
Masihkah ragu menyatakan cinta padanya?
Label: 0 komentar | | edit post
Unknown
Wahai jiwaku..!

Tidakkah engkau tahu peluh kesahku..?

Sedarkah engkau akan keberadaanmu dalam diriku...?

Kau bersemayam sembunyi dibalik jasadku yang berlumur nokta-noktah hitam.

Kau selalu mengingkari naluri berbisik

Kau hantarkan segala perasaan tanpa memberi jawaban

Kau pandai memutarbalikkan keadaan tanpa memberiku kesempatan mengukuhkan qalbu menghadapi rintangan menyapa.

Kau luluh dalam pengharapan kasih dengan beruraikan bulir permata tangis,tanpa kau sadari bahwa kau telah tenggelam dalam suatu kelalaian

Kau selalu mengiba,menengadahkan tapak mencari alasan akan kesalahan tanpa menanggulangi peluh kesahmu.



Oh jiwaku...!

Jiwaku dalam penantian

penantian harap akan ketenangan berselubung

kembalilah kepada Rabbmu...

Rabbal Jalali wal Ikraam...



Label: 0 komentar | | edit post
Unknown
Malam-malamku untuk merajut ilmu yang biasa dipetik,

Menjauhi wanita elok sapa melirik.

Aku mondar-mandir untuk menyelesaikan masalah sulit...

Lebih menggoda dan manis dari berkepit betis nan panjang.

Bunyi penaku yang menari diatas kertas-kertas,lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih.

Bagiku..,lebih indah melemparkan pasir diatas kertas ,Dari pada gadis-gadis yang menabuh rebana

Bagiku..,tenggelam berlumur ilmu lebih pantas dari pada berlumur kasih dalam senyum nista...